Senin, 23 November 2009

bangunan tahan gempa

Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah mengeluarkan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) untuk konstruksi bangunan tahan gempa yang baru untuk daerah yang dinilai rawan bencana. Standarisasi konstruksi yang baru ini, menurut Kepala BSN, Bambang Setiadi, di Jakarta, Senin, merupakan penyempurnaan dari standarisasi konstruksi yang selama ini sudah ada karena adanya perubahan kawasan yang rawan bencana gempa. Dikatakannya, BSN telah mengirim surat pemberitahuan kepada pemerintah melalui Sekretariat Negara mengenai SNI baru untuk konstruksi bangunan tahan gempa itu. Menurut dia,

standarisasi ini penting karena konstruksi bangunan di daerah yang rawan gempa berbeda dengan konstruksi yang harus dipenuhi untuk pembangunan di daerah yang aman. "Kita ingin pemerintah daerah bisa mengimplementasikan

standarisasi konstruksi bangunan tahan gempa untuk setiap Izin Mendirikan Bangunan (IMB)." Selain kepada presiden, Standar konstruksi bangunan yang ini juga disampaikan kepada Sekretaris kabinet, dan para menteri yang terkait masalah bencana. SNI untuk konstruksi bangunan tersebut selama ini oleh departemen dikeluarkan dalam bentuk pedoman teknis, sedangka

n beberapa pemerintah daerah mengeluarkannya dalam bentuk peraturan daerah. Menurut Sekretaris Badan Litbang Departemen PU, Supardi, SNI terbaru ini memperbaiki zonasi daerah rawan bencana gempa, terkait dengan temuan

teknologi dan frekuensi gempa yang terjadi di satu daerah. "Beberapa daerah sudah membuat peraturan daerah, meski masih banyak yang be

lum memiliki SNI terkait konstruksi bangunan tahan gempa," katanya.

BANTALAN TAHAN GEMPA

Seismic Bearing



Penggunaaan Bantalan karet alam untuk melindungi bangunan terhadap gempa bumi, yang dikenal sebagi base isolation tampaknya akan semakin luas dan berkembang dimasa mendatang. Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan gempa diperlu teknologi pembuatan bantalan tahan gempa. Balai Penelitian Teknologi karet Bogo

r sebagai Balai Penelitian mempunyai teknologi pembuatan bantalan tahan gempa yang digunakan untuk rumah tinggal maupun maupun gedung bertingkat. Bantalan yang digunakan untuk melindungi gempa bumi dibuat dari kombinasi lempeng

an karet alam dan lempeng baja. Bantalan tersebut dipasang disetiap kolom yaitu diantara pondasi dan bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa bumi sedangkan lempeng baja digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet sehingga penurunan bangunan saat bertumpu diatas bantalan karet tidak besar.

Prinsip kerja

Pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan adalah komponen getaran karet horizontal. Getaran tersebut dapat menimbulkan gaya

reaksi yang besar, bahkan pada puncak bangunan dapat berlipat hingga mendekati dua kalinya. Oleh sebab itu apabila gaya yang sampai pada bangunan tersebut lebih besar dari kekuatan struktur maka bangunan tersebut akan rusak. Gaya reaksi yang sampai bangunan dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan karet tahan gempa. Pada dasarnya cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet tahan gempa dicapai melalui pengurangan getaran gempa bumi kearah horizontal dan memungkinkan bangunan untuk begerak bebas saat berlangusung gempa bumi tanpa tertahan oleh pondasi. Bantalan karet alam tersebut dapat mengurangi daya reaksi hingga 70%, karena secara alami karet alam memiliki sifat flek

sibilitas dan menyerap energi .

Hasil Uji sifat fisik dari Bantalan Karet

Tahan Gempa BPTK Bogor

Properties

Karet Bantalan

a

b

Hardness, Shore A

63

66

Tensile strenght, kg/cm2

242

262

Modulus 100%, kg/cm2

32

36

Modulus 300%, kg/cm2

132

129

Elongation at Break, %

500

510

Tear strenght, kN/m

71.8

Compression set 25%, at 70 ° C, 22 hrs, %

20.81


Ozone resistance 25 pphm, 20% strain, at 40 ° C,

72 hrs

No Cracks

Keterangan :
a = Uji Langsung
b = Uji setelah pengusangan pada 70 ° C, 168 jam


Gempa Yogyakarta 26 Mei 2006 membuat dusun Ngelepen di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman hancur, tanah turun hingga 4 meter. Hal tersebut membuat dusun tersebut tidak lagi dapat ditempati. Setelah dilakukan pendataan, penduduk kemudian dipindahkan dari lereng bukit ke daerah yang lebih landai. Mereka diberikan tempat baru dengan bangunan anti gempa hasil kerjasama World Association Of Non-Governmental Organizations (WANGO), The Domes For The World Foundation (DFTW) dan pemerintah Indonsia. Satu wilayah baru tersebut mulai dibangun November 2006, selesai Maret 2007 dan dinamakan New Ngelepen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar